Sedekah dana pas-pas an - dari Yusuf Mansur

Ada orang-orang yang rela berpuasa, untuk bisa bersedekah. Sementara itu, ada yang tetap tidak bergeming dengan hartanya, padahal ada kesempatan bersedekah. Hartanya dipegangnya hanya gara-gara tidak ada uang cash. Dan pada ceritera yang laen, ada seorang hamba Allah yang kemudian tetap mencari jalan untuk bisa bersedekah meski keadaannya tidak bisa bersedekah.


Orang yang menolak halus untuk ikutan sedekah di Case 18 tadi, ga jadi soal. Apalagi kemudian dia mendoakan. Dengan doanya itu, sudah cukup menjadikannya bahagian dari rentengan amal sedekah yang 4,5jt tsb..

(-) He he he… Ini mah namanya bukan "Case".. Tapi langsung pendapat pribadi.

(+) Eh, iya. Oke dah. Ini sekedar menunjukkan Rahman Rahimnya Allah. Betapa Allah itu sayang sama hamba-Nya. Dia begitu murah membagi-bagikan pahala kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

(-) Jadi, tanpa ikutan sedekah berjamaah, hanya sekedar mendoakan saja, sudah ikut mencicipi bahagian dari rentengan pahala sedekah berjamaah di atas?

(+) Iya. Tadi kan yang menolak tetap berdoa? Coba perhatikan ulang potongan Case 18 di atas:

Dari sekian orang yang ditelpon, untuk dikabarkan tentang ladang amal penghafal al Qur'an, ternyata ada seorang yang kira-kira bicara begini: Saya dah punya ladang sedekah sendiri. Maaf ya.

Kasus ini rada serupa meski tak sama, dengan kasus satu orang yang diajak berderma oleh seseorang untuk satu yatim. "Udah pada sedekah tuh kawan-kawan yang lain?", tanya si orang ini.

"Sudah. Barangkali antum mau nambahin."

"Sudah kumpul berapa?"

"Sudah 4,5jt."

"Ya, segitu sudah cukup. Saya ga ikutan dulu. Saya kasihkan sedekah saya kepada anak yatim yang lain saja ya. Salam sama kawan-kawan. Mudah-mudahan sedekah kita diterima Allah, dan mudah-mudahan kawan-kawan pengajak mendapat keberkahan dari amalan ajakannya".

Lihat, ada doa di sana. Mendoakan kawan-kawan yang bersedekah. Subhaanallaah, doa juga kan amal saleh dan termasuk sedekah. Sedekah doa minimal sebutannya.

(-) Case by case yang ditulis ini, sebenernya berseri ga sih?

(+) Engga. Boleh dibaca tanpa urut-urutan.

(-) Oh, kirain harus nyambung. Harus urut.

(+) Ga. Ga mesti urut. Ok ya, saya tulis case berikutnya.

(-) Silahkan.

***

Seorang jamaah menolak halus untuk diajak serta berderma di satu yatim. Dengan alasan, selain dia pandang sudah cukup dananya, juga dia memiliki yatim yang lain.

Tapi ada seorang lagi yang tidak menyia-nyiakan... Dia ada uang 100rb, tapi sungguh, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya... "Duh, ada tawaran sedekah, tapi uangku hanya tinggal 100rb. Sedang uang ini untuk anak yatim asuhanku…", begitu desah di hatinya.

Tapi sejurus kemudian ia bilang begini kepada si pengajak, "Jadi, udah ada 4,5jt? Kapan dikumpulinnya, dan kapan dan itu dibawa ke si yatim tersebut?"

"Pengennya sih Jum'at besok nih. Jum'at kan Sayyidul Ayyam, seutama-utamanya hari. Termasuk buat sedekah. Di hari Jum'at sedekah bagus sekali. Sekalian kita sama-sama jalan ke sana. Ke rumah yatim tersebut sehabis pulang kerja di Jum'at sore…".

"Iya dah. Saya ikutan".

Orang ini tetap mengiyakan. Sebab ia lihat hari itu baru Rabu. Masih ada jeda sehari dua hari. Siapa tahu ada rizki. Bukankah kalo di urusan sedekah, niat saja bisa jadi sedekah? Dan kalo sudah jadi sedekah, maka siapa tahu baru berniat saja, sudah ada rizki yang bakal diantar Allah?

Orang ini mengamini pendapat guru-gurunya, bahwa seseorang itu cukup berniat. Cukup pasang niat. Selanjutnya Allah yang akan melengkapi. Demikian dia meyakini.

Kalo nanti sekiranya sampe hari Jum'at dia ga bisa juga sedekah, dia udah niat pengen ikutan. Ya ikutan ke rumah yatim tersebut. Pengen ngelihat anak yatim yang dimaksud. Siapa tahu ada rizki di hari-hari ke depannya. Insya Allah niat sudah dicatat. Dan insya Allah, biasanya Allah berkenan memberikan rizki supaya ikutan bersedekah di hari Jum'at.

Kalaupun bener-bener ga ada uang yang kira-kira pantas, tetap saja mereka-mereka yang mau sedekah mah, ada saja jalannya. Toh ga usah harus selalu uang. Misalnya, menyediakan motor untuk boncengan dengan kawan menuju ke rumah yatim tsb. Atau sedekah doa sebagaimana disebut di atas.

Dan sekiranya ada rizki, maka dua keutamaan minimal didapat. Sedekah "berjamaah" tadi, dan sementara sedekah ke yatimnya sendiri selama ini tetap dapat bahagiannya.

(+) Stop dulu...!

(-) Apanya yang distop...?

(+) Bacanya.

(-) Wah, koq distop dulu...? Situ mah demennya nyetop materi terus, he he he.

(+) Ya, engga gitu lah. Lihat sisi baiknya.

(-) Ya, sisi baiknya, libur belajar Kuliah Online, ha ha ha. Ya udah, distop kenapa dan buat apa?

(+) Buat ngulangin dulu kalimat di atas sekali lagi. Nih saya cuplikkan paragrap-paragrap di atas. Ketika seseorang ditawarkan ladang amal sedekah berjamaah, ternyata dia ga ada duit. Tapi tetap ikutan. Berikut dialognya sebagaimana di atas tadi. Saya minta dibaca lagi:

"Iya dah.. Saya ikutan".

Kita akan bertanya, koq tetap ikutan? Kan ga ada duit? Berikut lanjutannya:

Orang ini tetap mengiyakan. Sebab ia lihat hari itu baru Rabu. Masih ada jeda sehari dua hari. Siapa tahu ada rizki. Bukankah kalo di urusan sedekah, niat saja bisa jadi sedekah? Dan kalo sudah jadi sedekah, maka siapa tahu baru berniat saja, sudah ada rizki yang bakal diantar Allah?

Orang ini mengamini pendapat guru-gurunya, bahwa seseorang itu cukup berniat. Cukup pasang niat. Selanjutnya Allah yang akan melengkapi. Demikian dia meyakini.

Kalo nanti sekiranya sampe hari Jum'at dia ga bisa juga sedekah, dia udah niat pengen ikutan. Ya ikutan ke rumah yatim tersebut. Pengen ngelihat anak yatim yang dimaksud. Siapa tahu ada rizki di hari-hari ke depannya. Insya Allah niat sudah dicatat. Dan insya Allah, biasanya Allah berkenan memberikan rizki supaya ikutan bersedekah di hari Jum'at.

Kalaupun bener-bener ga ada uang yang kira-kira pantas, tetap saja mereka-mereka yang mau sedekah mah, ada saja jalannya. Toh ga usah harus selalu uang. Misalnya, menyediakan motor untuk boncengan dengan kawan menuju ke rumah yatim tsb. Atau sedekah doa sebagaimana disebut di atas.

Dan sekiranya ada rizki, maka dua keutamaan minimal didapat. Sedekah "berjamaah" tadi, dan sementara sedekah ke yatimnya sendiri selama ini tetap dapat bahagiannya.

(+) Ok, sekarang lanjut lagi materinya...

(-) Bentar-bentar. Kalo misalnya bener-bener pengen sedekah ke anak yatim tersebut, tapi juga pengen sedekah ke yatim yang di sedekah berjamaah tadi, gimana?

(+) Ya itu dia. Makanya saya mau ngelanjutin. Bila ada pertanyaan, boleh ga dibagi dua? Yatimnya dan yatim yang akan dikunjungi di hari Jum'at? Jawabannya macem-macem. Bisa saja jawabannya: Terserah saja. Koq terserah? Kan namanya juga contoh kasus. Kalo saya, ga usah dibagi dua. Ga usah mengurangi jatah yatim yang biasa. Tambahin saja sedekahnya.

(-) Lah, kalau uangnya ga ada lagi?

(+) Ada. Kalo mau usaha mah.

(-) Iya ya. Misalnya jual-jual HP gitu, atau yang lainnya. Toh nanti akan diganti yang lebih banyak dan lebih baik. Gitu kan?

(+) Betul. Bahkan kita bisa berpuasa di hari kamisnya. Misalnya informasinya hari rabu, maka ancer-ancer saja supaya sekeluarga berpuasa di hari Kamis. Supaya jatah belanja di hari kamis, bisa disedekahin.. Dengan menghemat pengeluaran, bisa tuh sedekah. Harusnya beli bensin di hari kamis, beli seperlunya. Harusnya naik ojek begitu sampe di mulut komplek tempat kita tinggal, ini jalan kaki. Harusnya ngasih anak jajan di hari kamis dan Jum'atnya, ajak anak untuk prihatin dan berhemat. Insya Allah tadinya ga ada jatah sedekah, jadi ada jatah sedekah.

(-) Kalo misalnya, kalo nih. Kalo sampe Jum'at bener-bener ga ada.. Boleh ga minjem sama kawan? Pinjam dulu 100rb misalnya. Ntar kalo udah ada, diganti?

(+) Sampe ketemu kalo gitu di Case 20.

(-) Oalaaaahhh... Koq demennya ngegantung terus siy...?

(+) He he he, nikmatin dulu dah. Ini kan habis nerima ilmu. Supaya berkah ilmunya, coba ambil wudhu, gelar sajadah, dan shalat dah.

(-) Shalat apaan?

(+) Shalat sunnah. Shalat sunnah mutlak saja. Ga pake embel-embel niat shalat sunnah ini itu. Cukup dengan nawaitu: Saya niat shalat sunnah. Dua rakaat. Lillaahi ta'aalaa. Atau dalam bahasa Arabnya, Usholli sunnatan, rok'ataini, lillaahi ta'aalaa.

(-) Buat apa shalat?

(+) Buat terima kasih, dah dapet ilmu. Terus buat berdoa. Berdoa kalo habis shalat, manteb. Berdoa dah, supaya bisa bersedekah, di saat lapang maupun sempit. Berdoa supaya dikasih jalan-jalan untuk bisa bersedekah. Insya Allah, Jalan-jalan sedekah itu punyanya Allah. Kita minta jalan karir, jalan sehat, jalan anak saleh, jalan pengabulan hajat dan doa, salah satunya dengan meminta Allah menghadirkan kesempatan untuk bisa bersedekah.

(-) Wuah, menarik juga ya. Situ juga shalat dong...

(+) Buat apa?

(-) He he he, yang shalat jangan hanya "muridnya" doang. Gurunya juga dong. Doain kita-kita yang belajar, supaya bisa ngamalin. Kan kalo pada ngamalin, situ sebagai guru juga dapat pahalanya.

(+) Iya ya. Iya dah.

(-) Lah iya lah, masa ya iya dong...

(+) Betul. Saya kudu shalat juga sehabis ngajar. Nulis ini kan termasuknya ngajar ya? Ocre. Sebelum ngajar, sebelom nulis, apalagi materinya nyangkut-nyangkut tauhid, harus shalat. Minta tolong sama Allah supaya dimudahin dalam mengajar, dan supaya mengajarnya sesuatu yang berguna. Dan sehabis shalat, berdoa dan shalat lagi. Termasuk minta ampun jika ada kesombongan dalam mengajar, dalam menulis. Dan seraya meminta kepada Allah, agar apa yang diajar dan ditulis, tidak mendatangkan kesombongan. Makasih ya. Ayo, sama-sama shalat ya.

Peserta KuliahOnline, bener loh... Sudahkah di setiap urusan, kita shalat? Coba sekarang terapkan. Sesibuk apapun, ketika saudara membaca tulisan ini dan jika diterima sebagai pengajaran, shalat ya. Shalat sunnah. Kemudian berdoa. Mau kan? Insya Allah bukan hanya mau, tapi juga sempat. Manteb dah.


Salam Yusuf Mansur



Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru
Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi!




0 comments

Contact

cp: Lilik Faizah
Phone: (+62)81245824196
mail: faizahpro@gmail.com
Alamat :
Jalan Simping 46, Blurukidul
Sidoarjo, Jawa-Timur, Indonesia 61233
SYIAR Travel :
Layanan Amanah untuk HAJI dan Umrah
Jl. Simping 46, Sidoarjo
Melayani dengan sepenuh hati untuk mengantar anda Mendapatkan manfaat maksimal dari Tanah Suci